TRADISI ADAT KABAYAN CAKAK SUKU KOMERING BETUNG DI KABUPATEN
OKU TIMUR SUMATERA SELATAN
Karya
Tulis Ini Disusun Sebagai Tugas Seni Budaya Pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2013-2014
DISUSUN
OLEH:
1. MEGAWATI
NIS: 8904
2. MEILANI NIS: 8906
KELAS:
XII IPA 1
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SMA NEGERI 1 BELITANG
KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2013
TRADISI ADAT KABAYAN CAKAK SUKU KOMERING BETUNG DI KABUPATEN
OKU TIMUR SUMATERA SELATAN
Karya
Tulis Ini Disusun Sebagai Tugas Seni Budaya Pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran
2013-2014
DISUSUN
OLEH:
1. MEGAWATI
NIS: 8904
2. MEILANI NIS: 8906
KELAS:
XII IPA 1
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SMA NEGERI 1 BELITANG
KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2013
PERNYATAAN
Yang
bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Megawati
NIS : 8904
Jurusan : IPA
Sekolah : SMA Negeri 1 Belitang
Menyatakan
bahwa karya tulis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya, karya tulis ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang
lain kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan
mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis yang lazim.
Apabila ternyata terbukti bahwa
pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Belitang, November 2013
Penyusun,
Megawati
PERNYATAAN
Yang
bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Meilani
NIS : 8906
Jurusan : IPA
Sekolah : SMA Negeri 1 Belitang
Menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil
pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya tulis ini tidak
berisi materi yang ditulis oleh orang lain kecuali bagian-bagian tertentu yang
saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya
tulis yang lazim.
Apabila ternyata terbukti bahwa
pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Belitang, November 2013
Penyusun,
Meilani
HALAMAN MOTTO
ü Melelahkan
bila hanya terus berfikir dan mempertimbangkan, tanpa adanya suatu tindakan
ü Kesalahan
diperlukan sebagai bahan perbaikan
ü Orang
yang tidak pernah mencoba tidak boleh mengharapkan apa-apa
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat
menyelasaikan karya tulis yang berjudul Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku
Komering Betung di Kabupaten OKU Timur
Sumatera Selatan.
Penyusun
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam proses
penyusunan karya tulis ini, terutama kepada Ibu Marini Puspa Sari,S.Pd. selaku pembimbing dalam karya tulis ini.
Sebagai
pemula, tentunya masih banyak sekali kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan
karya tulis ini. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun, guna menyusun karya tulis yang lebih baik lagi.
Belitang, November 2013
Penyusun,
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia
adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya.
Kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang majemuk dan
sangat kaya ragamnya. Indonesia sendiri terdiri dari berbagai suku bangsa yang
mendiami belasan ribu pulau. Masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaannya
tersendiri.
Salah
satunya adalah daerah Kabupaten OKU Timur yang terletak di provinsi Sumatera
Selatan yang memiliki suku asli komering. Kabupaten OKU Timur memiliki beraneka
ragam kebudayaan dan tradisi adat dari suku komering yang berbeda-beda. Namun
masih banyak masyarakat Kabupaten OKU Timur sendiri yang belum mengetahui tentang
budaya dan tradisi adat suku komering di masing-masing daerah bagian dari
Kabupaten OKU Timur. Hal ini dapat dikarenakan saat ini penduduk suku asli
daerah Kabupaten OKU Timur telah
bercampur dengan suku-suku pendatang dari pulau-pulau lain di Indonesia.
Oleh karena itu penyususun membuat
karya tulis yang berjudul Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering Betung di
Kabupaten OKU Timur yang berasal dari daerah Betung agar pembaca dari suku
apapun dan dari daerah manapun dapat mengetahui keunikan suku komering di
Kabupaten OKU Timur yang menjadi budaya dan tradisi leluhur suku komering itu
sendiri.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan
pada penelitian ini adalah bagaimanakah tradisi adat kabayan cakak suku
komering Betung di OKU Timur?
1.3
TUJUAN
Tujuan
penyusunan karya tulis ini adalah untuk mendeskripsikan tentang keunikan budaya
tradisi masyarakat yang ada di sekitar daerah OKU Timur, Sumatera Selatan
khususnya tradisi adat kabayan cakak suku
komering Betung.
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Memberi pengetahuan baik kepada penyusun
maupun pembaca tentang tradisi
adat kabayan cakak suku komering Betung.
1.4.2
Mengangkat kebudayaan dan tradisi adat
suku komering Betung agar dapat diketahui masyarakat dan terus dilestarikan.
BAB II
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1 HASIL PENELITIAN
2.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
OKU
Timur adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah Sumatera Selatan yang
terbagi lagi menjadi beberapa kecamatan. Salah satunya adalah kecamatan
Semendawai Barat yang ibukotanya adalah desa Betung.
Tradisi adat kabayan cakak berasal dari
desa Betung yang berada di kecamatan Semendawai Barat dengan deskripsi wilayah
sebagai berikut,
Nama
kecamatan :
Semendawai Barat
Ibukota
kecamatan : Betung
Luas daerah : 225,00 Km²
Ketinggian
dari permukaan laut : 41 m
Jarak
ke Martapura : 72 Km
Jumlah
penduduk : 19.853 jiwa
Kecamatan Semendawai Suku Barat juga
memiliki beberapa Objek Wisata yaitu Kerajinan Songket yang berjarak 84 Km dari
ibu kota kabupaten (Martapura), Agro Wisata (wisata alam dan perkebunan) yang
berjarak 84 Km dari Martapura, dan Pabrik Gula serta Makam Tua (wisata ziarah)
yang juga berjarak 84 Km dari Martapura.
2.1.2 Latar Belakang Tradisi Adat Kabayan
Cakak di Desa Betung
Tradisi
merupakan sebuah kebiasaan yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang
telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat.
Adanya
suatu tradisi karena informasi mengenai sesuatu yang diteruskan dari generasi
ke generasi baik tertulis maupun lisan, namun seringkali tradisi adat
diturunkan secara lisan ke generasi berikutnya.
Tradisi
adat kabayan cakak merupakan suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sejak zaman
nenek moyang yang tinggal di desa Betung terdahulu. Sehingga masyarakat saat
ini adalah merupakan penerus atau hanya sebagai pewaris dalam menjalankan dan
meneruskan tradisi adat yang berlaku sejak dahulu dengan keyakinan untuk terus
melaksanakannya.
2.1.3 Fungsi Tradisi Adat Kabayan Cakak
di Desa Betung
Tradisi
adat kabayan cakak yang dilaksanakan yang dilaksanakan oleh penduduk suku
komering Betung di OKU Timur ini difungsikan sebagai sesuatu yang dilaksanakan
sebelum melakukan pernikahan. Dan juga dalam rangka meneruskan dan menjalankan
serta melestarikan budaya dan tradisi adat yang telah diwariskan secara turun
temurun. Jadi kabayan cakak merupakan salah satu dari serangkaian prosesi pernikahan adat suku komering Betung
di OKU Timur.
2.2
PEMBAHASAN
2.2.1 Kabayan Cakak
Kabayan cakak
merupakan tradisi adat suku komering Betung yang dilaksanakan ketika sepasang
kekasih yang hendak melaksanakan pernikahan. Kabayan cakak berasal dari kata kabayan
(pengantin) dak cakak (naik). Jadi
kabayan cakak bisa diartikan sebagai suatu proses yang dilaksanakan untuk
menuju pelaminan atau membuat sepasang kekasih naik ke jenjang pernikahan.
Tradisi
ini tidak dilaksanakan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menjalankan segala rangkaian prosesinya sampai dengan selesai,
yaitu kurang lebih selama tujuh hari.
2.2.2
Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Adat Kabayan Cakak di Desa Betung
2.2.2.1 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Prosesi Kabayan Cakak
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam prosesi adat kabayan cakak adalah,
1.
Beras (bias)
2.
Kunyit
3.
Bunga tujuh rupa
4.
Uang koin
5.
Garam
6.
Kulit batang pisang raja
7.
Baskom
8.
Air
9.
Ikan seluang
10.
Kayu bakar
11.
Kasur/lamat
12.
Gula
13.
Kelapa
14.
Seperangkat alat untuk menyirih (pinang,
sirih, gambir, kapur sirih,)
15.
Rokok dan korek
2.2.2.2 Prosesi Pelaksanaan Tradisi
Adat Kabayan Cakak
Calon
mempelai wanita (selanjutnya disebut wanita) yang sebelumnya telah berencana
untuk menikah harus menyediakan bias
kunyir, yaitu beras yang telah dicampur dengan kunyit sehingga berwarna
kuning serta dicampur dengan bunga dan uang koin.
Beras
yang digunakanpun tidak sembarangan, wanita harus mendapatkannya dengan cara
mencuri di tujuh rumah orang yang kaya dan yang tidak beristri dua. Hal itu
dimaksutkan agar nasib wanita sama dengan pemilik beras itu, yaitu kaya dan
tidak akan dimadu oleh suaminya kelak.
Dalam
hal ini, sebenarnya pemilik rumah sudah mengetahui maksut dan tujuan dari
wanita. Sehingga pada saat wanita bertamu ke rumahnya, sang pemilik rumah akan
berpura-pura untuk pergi atau sekedar keluar rumah agar wanita dapat mencuri
beras di rumahnya. Pada saat pemilik rumah sudah keluar, maka wanita akan
segera bertindak untuk mencuri segenggam beras dirumah tersebut. Selain itu,
wanita juga harus meminta uang koin kepada pemilik rumah dengan cara apapun
agar diberi uang. Uang tersebut dianggab agar wanita mendapat berkah.
Bunga
yang akan dicampurkan didalam bias kunyir
adalah bunga tujuh rupa atau tujuh warna yang berbau wangi. Setelah semua
bahan terkumpul maka wanita akan segera membuat bias kunyir.
Pada suatu hari yang tidak akan diketahui kapan akan terjadi oleh keluarga
wanita, calon pengantin pria (selanjutnya disebut pria) beserta perwakilan dari
keluarganya akan menjemput wanita secara diam-diam. Hal itu dilakukan pada saat subuh atau sebelum keluarga
wanita bangun dan memulai aktivitas mereka. Dengan kata lain, wanita diculik
oleh pihak pria.
Dalam
hal ini, keluarga wanita tidak akan marah karena sebenarnya mereka telah
mengetahui maksut kedua calon mempelai yang ingin segera menikah, lagipula hal
ini sudah merupakan rangkaian tradisi adat yang dilaksanakan bagi masyarakat
Betung. Hanya saja keluarga wanita tidak mengetahui kapankah anak mereka akan
diculik oleh pihak pria.
Kemudian wanita dibawa oleh pihak
pria menuju ke kediaman mereka dan tidak lupa wanita membawa bias kunyir yang
telah dibuat sebelumnya serta membawa garam.
Setelah
sampai di kediaman pria, saat itu keluarga pria telah berkumpul untuk menyambut
wanita. Pada saat itu antara wanita dan keluarga pria yang telah menunggu akan
saling berebut untuk terlebih dahulu melempar bias kunyir. Karena di dalam bias
kunyir terdapat uang koin, maka pada saat di taburkan orang-orang yang
hadir saat itu akan saling berebut untuk mendapatkan uang koin yang berceceran.
Setelah
selesai menaburkan bias kunyir, wanita akan diajak masuk ke dalam rumah. Namun
sebelum masuk rumah, ada beberapa prosesi yang harus dilaksanakan terlebih
dahulu.
Di
depan pintu rumah sudah disediakan kulit batang pisang Raja atau yang disebut
oleh orang Betung sebagai saruk punti
pinawar. Saruk berarti kulit, Punti adalah pisang, sedangkan Pinawar dalam
bahasa komering berarti obat. Karena pisang Raja dipercaya sebagai buah yang
berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Pisang ini tidak mudah untuk
ditemukan. Jadi keluarga pria harus benar-benar mencarinya sampai dapat.
Filosofinya
adalah karena kulit batang pisang ini bersifat dingin. Jadi setelah wanita
masuk ke dalam rumah mereka diharapkan suasana di dalam rumah selalu dingin
atau sejuk. Kulit batang pisang tersebut harus dilalui wanita dengan berjalan
di atasnya (menginjak).
Setelah
itu, di dekat kulit batang pisang juga telah disediakan sebuah wadah yang
disebut baskom yang berisi air, bunga
tujuh rupa, dan ikan seluang. Selain itu, ada pula kayu yang telah dibakar
ujungnya sehingga terdapat bara api di kayu tersebut. Lalu kayu itu dimasukkan
bersama oleh wanita dan calon ibu mertuanya ke dalam baskom sampai bara apinya benar-benar padam. Hal itu dimaksutkan
seandainya ada hati yang panas atau sedang emosi pada saat masuk ke dalam rumah
lalu menjadi padam atau perasaan menjadi tentram.
Selanjutnya
wanita akan membasuh kaki calon ibu mertuanya di baskom tersebut. Hal itu sebagai tanda bakti seorang menantu kepada
ibu mertuanya. Hal yang sama juga dilakukan calon ibu mertuanya, yaitu membasuh
kaki calon menantunya.
Setelah
selesai membasuh kaki, pria telah bersiap di pintu rumah dengan merentangkan
tangannya sampai menyentuh pintu. Lalu wanita akan memasuki rumah dengan lewat
di bawah tangan pria. Maksutnya adalah agar wanita yang akan menjadi istrinya
kelak mau tunduk dan taat kepadanya karena prialah yang akan menjadi imam dan
pemimpin dalam rumah tangga mereka kelak.
Setelah
prosesi ini selesai, calon ibu mertua telah menunggu di dalam rumah. Wanita
akan menemui calon ibu mertuanya yang telah menggigit sebutir garam di
mulutnya. Wanita bertugas untuk mengambil garam dari mulut calon ibu mertuanya
dengan menggunakan mulut pula. Hal ini dimaksutkan agar menantu dapat menyatu
dengan mertuanya juga akan menurut terhadap ucapan ibu mertuanya. Selanjutnya
wanita akan memasukkan garam yang telah dibawa dari rumahnya ke dalam sumur
yang ada di rumah pria.
Setelah
prosesi ini selesai, lalu kedua calon pengantin akan duduk di tempat yang telah
disediakan oleh keluarga. Tempat duduk itu adalah kasur kecil yang disebut
lamat. Pada saat duduk itulah disebut ngabayan.
Selanjutnya
kedua calon pengantin akan saling bersuapan gulo sua nyiwi yang telah dibuatkan
oleh keluarga pria. Semua orang yang hadir saat itu harus ikut mencicipinya
juga. Gulo sua nyiwi adalah sejenis makanan yang terbuat dari kelapa yang
dicampur dengan gula merah. Filosofi
dari makanan ini adalah yang mana rasa dari makanan ini gurih dan manis serta
di makan bersama-sama, jadi diharapkan agar seluruh anggota keluarga dapat
selalu berkumpul dalam keadaan senang atau sedih.
Mulai
saat itu, wanita akan tingal di rumah pria untuk beberapa hari. Setiap kegiatan
wanita akan dibantu atau dikawal oleh utusan dari keluarga pria. Jadi, pada
saat waktunya makan, maka makanan akan di antarkan ke dalam kamarnya. Bahkan
pada saat mandipun wanita akan ditunggui di depan pintu kamar mandi sampai
dengan selesai. Wanita juga tidak diperkenankan untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga apapun. Jadi selama beberapa hari tersebut wanita terasa seperti Ratu di
Kerajaan.
Di
lain sisi, pria akan berkeliling untuk menemui satu per satu dari saudara
wanita di manapun mereka berada. Yang menentukan siapa saja yang harus
dikunjungi adalah keluarga wanita, jadi sebelum berkeliling pria harus menemui
keluarga wanita terlebih dahulu.
Dalam
hal ini pria ditemani oleh perwakilan dari keluarganya. Pada saat mendatangi
saudara wanita, pria membawa urai (pinang), cambai (sirih), sempolot (gambir), hapui (kapur sirih), dan rokok beserta korek
yang akan diberikan kepada saudara-saudara yang dikunjungi. Tujuan mendatangi
saudara-saudara tersebut adalah untuk memberitahukan kepada mereka tentang
rencana pernikahan yang akan segera dilaksanakan serta ingin meminta doa restu
dari mereka.
Pada
saat pria berkeliling berkunjung ke tempat saudara-saudara wanita, orang tua
pria beserta beberapa orang anggota keluarga besar akan datang ke rumah wanita
untuk melaksanakan prosesi ngantak purba atau manjau kesalahan. Manjau
kesalahan berarti berkunjung untuk mengakui kesalahan. Inti dari prosesi ini
adalah keluarga pria ingin meminta maaf kepada keluarga wanita atas kelancangan
mereka yang telah menculik anaknya. Saat itu keluarga pria membawa bungkusan
kain yang yang di dalamnya berisi beras, ketan, kelapa, dan seperangkat alat
nginang.
Setelah
pria sudah kembali dari berkeliling, maka selanjutnya akan dilaksanakan prosesi
manjau kabian. Manjau kabian berarti berkunjung seharian. Wanita akan diantar
oleh keluarga dari pihak pria untuk pulang kerumah orang tuanya. Selama satu
hari itu wanita akan mengemasi semua barang-barang miliknya yang ada di rumah
orang tuanya. Barang-barang tersebut meliputi pakaian dan juga segala hasil
karya yang telah dibuatnya selama ia masih gadis. Misalnya, taplak meja, lap,
tirai atau hordeng, dan lain-lain. Jadi, seorang wanita dituntut untuk rajin
dalam membuat karya yang akan digunakan untuk rumah tangganya kelak. Dari pagi
sampai sore wanita akan dijemput kembali oleh pihak pria untuk kembali ke rumah
mereka.
Setelah
sore hari, wanita akan dijemput kembali kerumah pria dengan membawa
barang-barang miliknya yang telah dikemasi. Inilah yang disebut ngantak
porobut. Ngantak berarti mengantar dan porobut
berarti barang. Jadi artinya mengantar barang.
Sesampainya
di rumah pria, barang-barang yang telah dibawa wanita akan dilihat bersama oleh
keluarga pria di rumah mereka. Orang-orang sengaja berumpul untuk menyaksikan
kegiatan tersebut, baik itu keluarga maupun tetangga. Barang bawaan wanita akan
diperiksa oleh keluarga pria, yang berperan di sini adalah anggota keluarga
yang wanita. Barang-barang hasil karya wanita itu akan di hitung oleh mereka.
Banyak
tidaknya barang bawaan akan mempengaruhi penilaian orang-orang yang hadir pada
saat itu. Misalnya, jika barang yang dibawa banyak, maka penilaian orang
terhadap wanita itu akan baik. Namun jika barang yang dibawa hanya sedikit,
maka orang-orang yang hadir akan beranggapan bahwa wanita itu adalah orang yang
pemalas atau orang yang pelit.
Prosesi yang terakhir yaitu
menentukan hari atau tanggal pernikahan. Jika semua prosesi sebelumnya telah
dilaksanakan, maka keluarga pria akan mendatangi keluarga wanita untuk
menentukan hari pernikahan hingga dicapainya suatu kesepakatan dan akhirnya
baru bisa dilaksanakan prosesi pernikahan.
Begitulah
serangkaian prosesi tradisi adat kabayan cakak suku komering Betung di OKU
Timur. Tradisi merupakan sesuatu yang dijalani secara turun temurun, jadi dalam
pelaksanaan segala prosesinya tidaklah dianggab memberatkan bagi warga
masyarakat yang tetap mempertahankan tradisi adatnya. Namun di era modern saat
ini, tradisi adat kabayan cakak sudah mulai pudar keasliannya dan sudah jarang
masyarakat yang tetap menjalankannya.
2.2.2.3 Makna Tradisi Adat Kabayan
Cakak
a.
Simbol kebahagiaan keluarga pihak pria yang akan mendapatkan keluarga baru.
b.
Menjalankan tradisi leluhur sebagai simbol untuk melestarikan budaya.
2.2.3
Gambar Urutan Prosesi Kabayan Cakak Suku Komering Betung
Gambar 1.1 Wanita tiba di rumah pria membawa bias kunyir.
Gambar 1.2 Wanita Menginjak saruk punti Pinawar
Gambar 2.3 Wanita dan calon ibu mertua mencelupkan kayu ke
baskom dan saling
mencuci
kaki.
Gambar
1.3 Wanita dan calon ibu mertua mencelupkan kayu ke baskom dan saling
Mencuci
kaki
Gambar 1.4 Wanita melewati pintu di
bawah tangan pria.
Gambar 1.5 Kedua Mempelai Ngabayan
2.3 VALIDASI
2.3 VALIDASI
Untuk meyakinkan kebenaran data tentang
Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering Betung penyusun menempuh penelitian
ini dengan cara berkonsultasi dengan seorang pakar kabayan cakak yaitu Ibu
Rahmawati.
Pada tanggal 18 September 2013 penyusun
berkonsultasi mengenai tata cara pelaksanan tradisi adat kabayan cakak. Waktu
berkonsultasi dengan beliau dari pukul 15:20 sampai dengan pukul 16:15WIB.
Konsultasi berikutnya pada tanggal 19
Oktober 2013 penyusun berkonsultasi mengengenai kebenaran tata cara pelaksanaan
tradisi adat kabayan cakak yang telah disusun. Waktu berkonsultasi dengan
beliau adalah pukul 13:15 sampai dengan 13:40 WIB.
Dari
hasil yang penulis dapatkan selama penelitian, data-data yang sudah
didapat di klarifikasi kembali kepada Ibu Rahmawati agar dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.
Hasil penelitian tentang Tradisi Adat
Kabayan Cakak Suku Komering Betung, OKU Timur telah divalidasi oleh Ibu
Rahmawati pada tanggal 5 November 2013 berdasarkan hasil validasi dinyatakan
bahwa hasil penelitian ini valid.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Tradisi adat kabayan cakak merupakan
suatu kebiasaan turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya
bagi penduduk suku komering Betung. Tradisi ini dilaksanakan sebelum
melangsungkan pernikahan bagi sepasang kekasih dengan melalui berbagai prosesi
yang cukup panjang hingga dapat dilangsungkan prosesi pernikahan.
3.2
SARAN
Sebagai warga negara Indonesia diharapkan
agar kita semua dapat selalu mencintai dan menghargai semua budaya dan tradisi
adat yang telah ada sejak zaman dahulu. Jangan sampai tergantikan oleh
budaya-budaya asing yang bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
BPS
Kabupaten OKU Timur. 2012. Ogan Komering
Ulu Timur dalam Angka 2012. OKU Timur: Badan Pusat Statistik Kabupaten ogan
Komering Ulu Timur.
LAMPIRAN
SURAT
KETERANGAN PENELITIAN
Yang bertanda
tangan d bawah ini saya,
nama :
umur :
pekerjaan :
alamat :
pekerjaan dalam
penelitian :
menerangkan
bahwa,
Nama : Megawati
NIS : 8904
Program/jurusan : IPA
Sekolah : SMA Negeri
1 Belitang
dan
Nama : Meilani
NIS : 8906
Program/urusan : IPA
Sekolah : SMA Negeri
1 Belitang
telah
melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi guna memperoleh data tentang
Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering Betung di Desa Rantau Jaya
Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan.
Penulisan surat
keterangan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Belitang, November 2013
Yang
bertanda tangan,
(………………..)
Gambar 1.1 Peta Wilayah OKU Timur
Gambar 2.1 Peta Kabupaten OKU Timur
Gambar 2.2 Peta Wilayah Kecamatan
Semendawai Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar