Selasa, 23 Agustus 2016


TRADISI ADAT KABAYAN CAKAK SUKU KOMERING BETUNG DI KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN
Karya Tulis Ini Disusun Sebagai Tugas Seni Budaya Pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013-2014


logo0.jpg
 








DISUSUN OLEH:
                1. MEGAWATI     NIS: 8904
                2. MEILANI         NIS: 8906
KELAS: XII IPA 1


DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SMA NEGERI 1 BELITANG
KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2013

TRADISI ADAT KABAYAN CAKAK SUKU KOMERING BETUNG DI KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN
Karya Tulis Ini Disusun Sebagai Tugas Seni Budaya Pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013-2014


logo0.jpg
 








DISUSUN OLEH:
                1. MEGAWATI     NIS: 8904
                2. MEILANI         NIS: 8906
KELAS: XII IPA 1


DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
SMA NEGERI 1 BELITANG
KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2013

PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama     : Megawati
NIS        : 8904
Jurusan  : IPA
Sekolah  : SMA Negeri 1 Belitang
Menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya tulis ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis yang lazim.
              Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

                                                                                    Belitang,         November 2013

Penyusun,

Megawati

PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama     : Meilani
NIS        : 8906
Jurusan  : IPA
Sekolah  : SMA Negeri 1 Belitang
 Menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, karya tulis ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya tulis yang lazim.
              Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.



                                                                                    Belitang,         November 2013
Penyusun,

Meilani



           HALAMAN  MOTTO
ü Melelahkan bila hanya terus berfikir dan mempertimbangkan, tanpa adanya suatu tindakan
ü Kesalahan diperlukan sebagai bahan perbaikan
ü Orang yang tidak pernah mencoba tidak boleh mengharapkan apa-apa
                                               

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelasaikan karya tulis yang berjudul Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering  Betung di Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan karya tulis ini, terutama kepada Ibu Marini Puspa Sari,S.Pd.  selaku pembimbing dalam karya tulis ini.
Sebagai pemula, tentunya masih banyak sekali kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini. Oleh sebab itu, penyusun sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, guna menyusun karya tulis yang lebih baik lagi.

                                                                                    Belitang,         November 2013
                                                                                    Penyusun,



BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan kebudayaan yang majemuk dan sangat kaya ragamnya. Indonesia sendiri terdiri dari berbagai suku bangsa yang mendiami belasan ribu pulau. Masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaannya tersendiri.
Salah satunya adalah daerah Kabupaten OKU Timur yang terletak di provinsi Sumatera Selatan yang memiliki suku asli komering. Kabupaten OKU Timur memiliki beraneka ragam kebudayaan dan tradisi adat dari suku komering yang berbeda-beda. Namun masih banyak masyarakat Kabupaten OKU Timur sendiri yang belum mengetahui tentang budaya dan tradisi adat suku komering di masing-masing daerah bagian dari Kabupaten OKU Timur. Hal ini dapat dikarenakan saat ini penduduk suku asli daerah Kabupaten OKU Timur  telah bercampur dengan suku-suku pendatang dari pulau-pulau lain di Indonesia.
              Oleh karena itu penyususun membuat karya tulis yang berjudul Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering Betung di Kabupaten OKU Timur yang berasal dari daerah Betung agar pembaca dari suku apapun dan dari daerah manapun dapat mengetahui keunikan suku komering di Kabupaten OKU Timur yang menjadi budaya dan tradisi leluhur suku komering itu sendiri.


1.2 RUMUSAN MASALAH
              Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimanakah tradisi adat kabayan cakak suku komering Betung di OKU Timur?

1.3 TUJUAN
          Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk mendeskripsikan tentang keunikan budaya tradisi masyarakat yang ada di sekitar daerah OKU Timur, Sumatera Selatan khususnya tradisi adat kabayan cakak suku  komering Betung.

1.4 MANFAAT PENELITIAN
  1.4.1 Memberi pengetahuan baik kepada penyusun maupun pembaca tentang             tradisi adat kabayan cakak suku komering Betung.
1.4.2   Mengangkat kebudayaan dan tradisi adat suku komering Betung agar dapat diketahui masyarakat dan terus dilestarikan.



BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1    HASIL PENELITIAN
2.1.1   Deskripsi Lokasi Penelitian
          OKU Timur adalah salah satu kabupaten yang berada di wilayah Sumatera Selatan yang terbagi lagi menjadi beberapa kecamatan. Salah satunya adalah kecamatan Semendawai Barat yang ibukotanya adalah desa Betung.
     Tradisi adat kabayan cakak berasal dari desa Betung yang berada di kecamatan Semendawai Barat dengan deskripsi wilayah sebagai berikut,
Nama kecamatan                          : Semendawai Barat
Ibukota kecamatan                       : Betung
Luas  daerah                                 : 225,00 Km²
Ketinggian dari permukaan laut   : 41 m
Jarak ke Martapura                       : 72 Km
Jumlah penduduk                         : 19.853 jiwa
            Kecamatan Semendawai Suku Barat juga memiliki beberapa Objek Wisata yaitu Kerajinan Songket yang berjarak 84 Km dari ibu kota kabupaten (Martapura), Agro Wisata (wisata alam dan perkebunan) yang berjarak 84 Km dari Martapura, dan Pabrik Gula serta Makam Tua (wisata ziarah) yang juga berjarak 84 Km dari Martapura.




2.1.2   Latar Belakang Tradisi Adat Kabayan Cakak di Desa Betung
Tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.
Adanya suatu tradisi karena informasi mengenai sesuatu yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, namun seringkali tradisi adat diturunkan secara lisan ke generasi berikutnya.
Tradisi adat kabayan cakak merupakan suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sejak zaman nenek moyang yang tinggal di desa Betung terdahulu. Sehingga masyarakat saat ini adalah merupakan penerus atau hanya sebagai pewaris dalam menjalankan dan meneruskan tradisi adat yang berlaku sejak dahulu dengan keyakinan untuk terus melaksanakannya.

2.1.3   Fungsi Tradisi Adat Kabayan Cakak di Desa Betung
Tradisi adat kabayan cakak yang dilaksanakan yang dilaksanakan oleh penduduk suku komering Betung di OKU Timur ini difungsikan sebagai sesuatu yang dilaksanakan sebelum melakukan pernikahan. Dan juga dalam rangka meneruskan dan menjalankan serta melestarikan budaya dan tradisi adat yang telah diwariskan secara turun temurun. Jadi kabayan cakak merupakan salah satu dari serangkaian  prosesi pernikahan adat suku komering Betung di OKU Timur.








2.2 PEMBAHASAN
2.2.1 Kabayan Cakak
Kabayan cakak merupakan tradisi adat suku komering Betung yang dilaksanakan ketika sepasang kekasih yang hendak melaksanakan pernikahan. Kabayan cakak berasal dari kata kabayan (pengantin) dak cakak (naik). Jadi kabayan cakak bisa diartikan sebagai suatu proses yang dilaksanakan untuk menuju pelaminan atau membuat sepasang kekasih naik ke jenjang pernikahan.
Tradisi ini tidak dilaksanakan dalam waktu yang singkat, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjalankan segala rangkaian prosesinya sampai dengan selesai, yaitu kurang lebih selama tujuh hari.

       2.2.2 Tata Cara Pelaksanaan Tradisi Adat Kabayan Cakak di Desa Betung
2.2.2.1 Alat dan Bahan yang  Digunakan dalam Prosesi Kabayan Cakak
            Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam prosesi adat kabayan cakak adalah,
1.      Beras (bias)
2.      Kunyit
3.      Bunga tujuh rupa
4.      Uang koin
5.      Garam
6.      Kulit batang pisang raja
7.      Baskom
8.      Air
9.      Ikan seluang
10.  Kayu bakar
11.  Kasur/lamat
12.  Gula
13.  Kelapa
14.  Seperangkat alat untuk menyirih (pinang, sirih, gambir, kapur sirih,)
15.  Rokok dan korek

2.2.2.2 Prosesi Pelaksanaan Tradisi Adat Kabayan Cakak
Calon mempelai wanita (selanjutnya disebut wanita) yang sebelumnya telah berencana untuk menikah harus menyediakan bias kunyir, yaitu beras yang telah dicampur dengan kunyit sehingga berwarna kuning serta dicampur dengan bunga dan uang koin.
Beras yang digunakanpun tidak sembarangan, wanita harus mendapatkannya dengan cara mencuri di tujuh rumah orang yang kaya dan yang tidak beristri dua. Hal itu dimaksutkan agar nasib wanita sama dengan pemilik beras itu, yaitu kaya dan tidak akan dimadu oleh suaminya kelak.
Dalam hal ini, sebenarnya pemilik rumah sudah mengetahui maksut dan tujuan dari wanita. Sehingga pada saat wanita bertamu ke rumahnya, sang pemilik rumah akan berpura-pura untuk pergi atau sekedar keluar rumah agar wanita dapat mencuri beras di rumahnya. Pada saat pemilik rumah sudah keluar, maka wanita akan segera bertindak untuk mencuri segenggam beras dirumah tersebut. Selain itu, wanita juga harus meminta uang koin kepada pemilik rumah dengan cara apapun agar diberi uang. Uang tersebut dianggab agar wanita mendapat berkah.
Bunga yang akan dicampurkan didalam bias kunyir adalah bunga tujuh rupa atau tujuh warna yang berbau wangi. Setelah semua bahan terkumpul maka wanita akan segera membuat bias kunyir.
              Pada suatu hari yang tidak akan diketahui kapan akan terjadi oleh keluarga wanita, calon pengantin pria (selanjutnya disebut pria) beserta perwakilan dari keluarganya akan menjemput wanita secara diam-diam. Hal itu dilakukan pada saat subuh atau sebelum keluarga wanita bangun dan memulai aktivitas mereka. Dengan kata lain, wanita diculik oleh pihak pria.
Dalam hal ini, keluarga wanita tidak akan marah karena sebenarnya mereka telah mengetahui maksut kedua calon mempelai yang ingin segera menikah, lagipula hal ini sudah merupakan rangkaian tradisi adat yang dilaksanakan bagi masyarakat Betung. Hanya saja keluarga wanita tidak mengetahui kapankah anak mereka akan diculik oleh pihak pria.
            Kemudian wanita dibawa oleh pihak pria menuju ke kediaman mereka dan tidak lupa wanita membawa bias kunyir yang telah dibuat sebelumnya serta membawa garam.
Setelah sampai di kediaman pria, saat itu keluarga pria telah berkumpul untuk menyambut wanita. Pada saat itu antara wanita dan keluarga pria yang telah menunggu akan saling berebut untuk terlebih dahulu melempar bias kunyir. Karena di dalam bias kunyir terdapat uang koin, maka pada saat di taburkan orang-orang yang hadir saat itu akan saling berebut untuk mendapatkan uang koin yang berceceran.
Setelah selesai menaburkan bias kunyir, wanita akan diajak masuk ke dalam rumah. Namun sebelum masuk rumah, ada beberapa prosesi yang harus dilaksanakan terlebih dahulu.
Di depan pintu rumah sudah disediakan kulit batang pisang Raja atau yang disebut oleh  orang Betung sebagai saruk punti pinawar. Saruk berarti kulit, Punti adalah pisang, sedangkan Pinawar dalam bahasa komering berarti obat. Karena pisang Raja dipercaya sebagai buah yang berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Pisang ini tidak mudah untuk ditemukan. Jadi keluarga pria harus benar-benar mencarinya sampai dapat.
Filosofinya adalah karena kulit batang pisang ini bersifat dingin. Jadi setelah wanita masuk ke dalam rumah mereka diharapkan suasana di dalam rumah selalu dingin atau sejuk. Kulit batang pisang tersebut harus dilalui wanita dengan berjalan di atasnya (menginjak).
Setelah itu, di dekat kulit batang pisang juga telah disediakan sebuah wadah yang disebut baskom yang berisi air, bunga tujuh rupa, dan ikan seluang. Selain itu, ada pula kayu yang telah dibakar ujungnya sehingga terdapat bara api di kayu tersebut. Lalu kayu itu dimasukkan bersama oleh wanita dan calon ibu mertuanya ke dalam baskom sampai bara apinya benar-benar padam. Hal itu dimaksutkan seandainya ada hati yang panas atau sedang emosi pada saat masuk ke dalam rumah lalu menjadi padam atau perasaan menjadi tentram.
Selanjutnya wanita akan membasuh kaki calon ibu mertuanya di baskom tersebut. Hal itu sebagai tanda bakti seorang menantu kepada ibu mertuanya. Hal yang sama juga dilakukan calon ibu mertuanya, yaitu membasuh kaki calon menantunya.
Setelah selesai membasuh kaki, pria telah bersiap di pintu rumah dengan merentangkan tangannya sampai menyentuh pintu. Lalu wanita akan memasuki rumah dengan lewat di bawah tangan pria. Maksutnya adalah agar wanita yang akan menjadi istrinya kelak mau tunduk dan taat kepadanya karena prialah yang akan menjadi imam dan pemimpin dalam rumah tangga mereka kelak.
Setelah prosesi ini selesai, calon ibu mertua telah menunggu di dalam rumah. Wanita akan menemui calon ibu mertuanya yang telah menggigit sebutir garam di mulutnya. Wanita bertugas untuk mengambil garam dari mulut calon ibu mertuanya dengan menggunakan mulut pula. Hal ini dimaksutkan agar menantu dapat menyatu dengan mertuanya juga akan menurut terhadap ucapan ibu mertuanya. Selanjutnya wanita akan memasukkan garam yang telah dibawa dari rumahnya ke dalam sumur yang ada di rumah pria.
Setelah prosesi ini selesai, lalu kedua calon pengantin akan duduk di tempat yang telah disediakan oleh keluarga. Tempat duduk itu adalah kasur kecil yang disebut lamat. Pada saat duduk itulah disebut ngabayan.
Selanjutnya kedua calon pengantin akan saling bersuapan gulo sua nyiwi yang telah dibuatkan oleh keluarga pria. Semua orang yang hadir saat itu harus ikut mencicipinya juga. Gulo sua nyiwi adalah sejenis makanan yang terbuat dari kelapa yang dicampur dengan gula merah.  Filosofi dari makanan ini adalah yang mana rasa dari makanan ini gurih dan manis serta di makan bersama-sama, jadi diharapkan agar seluruh anggota keluarga dapat selalu berkumpul dalam keadaan senang atau sedih.
Mulai saat itu, wanita akan tingal di rumah pria untuk beberapa hari. Setiap kegiatan wanita akan dibantu atau dikawal oleh utusan dari keluarga pria. Jadi, pada saat waktunya makan, maka makanan akan di antarkan ke dalam kamarnya. Bahkan pada saat mandipun wanita akan ditunggui di depan pintu kamar mandi sampai dengan selesai. Wanita juga tidak diperkenankan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga apapun. Jadi selama beberapa hari tersebut wanita terasa seperti Ratu di Kerajaan.
Di lain sisi, pria akan berkeliling untuk menemui satu per satu dari saudara wanita di manapun mereka berada. Yang menentukan siapa saja yang harus dikunjungi adalah keluarga wanita, jadi sebelum berkeliling pria harus menemui keluarga wanita terlebih dahulu.
Dalam hal ini pria ditemani oleh perwakilan dari keluarganya. Pada saat mendatangi saudara wanita, pria membawa urai (pinang), cambai (sirih),  sempolot (gambir),  hapui (kapur sirih), dan rokok beserta korek yang akan diberikan kepada saudara-saudara yang dikunjungi. Tujuan mendatangi saudara-saudara tersebut adalah untuk memberitahukan kepada mereka tentang rencana pernikahan yang akan segera dilaksanakan serta ingin meminta doa restu dari mereka.
Pada saat pria berkeliling berkunjung ke tempat saudara-saudara wanita, orang tua pria beserta beberapa orang anggota keluarga besar akan datang ke rumah wanita untuk melaksanakan prosesi ngantak purba atau manjau kesalahan. Manjau kesalahan berarti berkunjung untuk mengakui kesalahan. Inti dari prosesi ini adalah keluarga pria ingin meminta maaf kepada keluarga wanita atas kelancangan mereka yang telah menculik anaknya. Saat itu keluarga pria membawa bungkusan kain yang yang di dalamnya berisi beras, ketan, kelapa, dan seperangkat alat nginang.
Setelah pria sudah kembali dari berkeliling, maka selanjutnya akan dilaksanakan prosesi manjau kabian. Manjau kabian berarti berkunjung seharian. Wanita akan diantar oleh keluarga dari pihak pria untuk pulang kerumah orang tuanya. Selama satu hari itu wanita akan mengemasi semua barang-barang miliknya yang ada di rumah orang tuanya. Barang-barang tersebut meliputi pakaian dan juga segala hasil karya yang telah dibuatnya selama ia masih gadis. Misalnya, taplak meja, lap, tirai atau hordeng, dan lain-lain. Jadi, seorang wanita dituntut untuk rajin dalam membuat karya yang akan digunakan untuk rumah tangganya kelak. Dari pagi sampai sore wanita akan dijemput kembali oleh pihak pria untuk kembali ke rumah mereka.
Setelah sore hari, wanita akan dijemput kembali kerumah pria dengan membawa barang-barang miliknya yang telah dikemasi. Inilah yang disebut ngantak porobut. Ngantak  berarti mengantar dan porobut berarti barang. Jadi artinya mengantar barang.
Sesampainya di rumah pria, barang-barang yang telah dibawa wanita akan dilihat bersama oleh keluarga pria di rumah mereka. Orang-orang sengaja berumpul untuk menyaksikan kegiatan tersebut, baik itu keluarga maupun tetangga. Barang bawaan wanita akan diperiksa oleh keluarga pria, yang berperan di sini adalah anggota keluarga yang wanita. Barang-barang hasil karya wanita itu akan di hitung oleh mereka.
Banyak tidaknya barang bawaan akan mempengaruhi penilaian orang-orang yang hadir pada saat itu. Misalnya, jika barang yang dibawa banyak, maka penilaian orang terhadap wanita itu akan baik. Namun jika barang yang dibawa hanya sedikit, maka orang-orang yang hadir akan beranggapan bahwa wanita itu adalah orang yang pemalas atau orang yang pelit.
            Prosesi yang terakhir yaitu menentukan hari atau tanggal pernikahan. Jika semua prosesi sebelumnya telah dilaksanakan, maka keluarga pria akan mendatangi keluarga wanita untuk menentukan hari pernikahan hingga dicapainya suatu kesepakatan dan akhirnya baru bisa dilaksanakan prosesi pernikahan.
Begitulah serangkaian prosesi tradisi adat kabayan cakak suku komering Betung di OKU Timur. Tradisi merupakan sesuatu yang dijalani secara turun temurun, jadi dalam pelaksanaan segala prosesinya tidaklah dianggab memberatkan bagi warga masyarakat yang tetap mempertahankan tradisi adatnya. Namun di era modern saat ini, tradisi adat kabayan cakak sudah mulai pudar keasliannya dan sudah jarang masyarakat yang tetap menjalankannya.


2.2.2.3 Makna Tradisi Adat Kabayan Cakak
a. Simbol kebahagiaan keluarga pihak pria yang akan mendapatkan keluarga baru.
b. Menjalankan tradisi leluhur sebagai simbol untuk melestarikan budaya.

2.2.3 Gambar Urutan Prosesi Kabayan Cakak Suku Komering Betung

IMG-20131013-05713.jpg



               
                                                                                                                                    
                                                                                                         



                       




Gambar 1.1  Wanita tiba di rumah pria membawa bias kunyir.
                                                     

                                                                                                                                                                                                            





IMG-20131013-05714.jpg
               
                                                                            






                                                                                                 



IMG-20131013-05715.jpg                                                Gambar 1.2 Wanita Menginjak saruk punti  Pinawar



                   Gambar 2.3 Wanita dan calon ibu mertua mencelupkan kayu ke baskom dan saling
                                mencuci kaki.







        Gambar 1.3 Wanita dan calon ibu mertua mencelupkan kayu ke baskom dan saling
           Mencuci kaki

IMG-20131013-05716.jpg                       









                                                Gambar 1.4 Wanita melewati pintu di bawah tangan pria.
IMG-20131013-05717.jpg
                               









                          
                                                                Gambar 1.5 Kedua Mempelai Ngabayan
2.3 VALIDASI
     Untuk meyakinkan kebenaran data tentang Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering Betung penyusun menempuh penelitian ini dengan cara berkonsultasi dengan seorang pakar kabayan cakak yaitu Ibu Rahmawati.
     Pada tanggal 18 September 2013 penyusun berkonsultasi mengenai tata cara pelaksanan tradisi adat kabayan cakak. Waktu berkonsultasi dengan beliau dari pukul 15:20 sampai dengan pukul 16:15WIB.
     Konsultasi berikutnya pada tanggal 19 Oktober 2013 penyusun berkonsultasi mengengenai kebenaran tata cara pelaksanaan tradisi adat kabayan cakak yang telah disusun. Waktu berkonsultasi dengan beliau adalah pukul 13:15 sampai dengan 13:40 WIB.
     Dari  hasil yang penulis dapatkan selama penelitian, data-data yang sudah didapat di klarifikasi kembali kepada Ibu Rahmawati agar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
     Hasil penelitian tentang Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering Betung, OKU Timur telah divalidasi oleh Ibu Rahmawati pada tanggal 5 November 2013 berdasarkan hasil validasi dinyatakan bahwa hasil penelitian ini valid.


BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
       Tradisi adat kabayan cakak merupakan suatu kebiasaan turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya bagi penduduk suku komering Betung. Tradisi ini dilaksanakan sebelum melangsungkan pernikahan bagi sepasang kekasih dengan melalui berbagai prosesi yang cukup panjang hingga dapat dilangsungkan prosesi pernikahan.

3.2 SARAN
       Sebagai warga negara Indonesia diharapkan agar kita semua dapat selalu mencintai dan menghargai semua budaya dan tradisi adat yang telah ada sejak zaman dahulu. Jangan sampai tergantikan oleh budaya-budaya asing yang bertentangan dengan kepribadian bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten OKU Timur. 2012. Ogan Komering Ulu Timur dalam Angka 2012. OKU Timur: Badan Pusat Statistik Kabupaten ogan Komering Ulu Timur.           
                                                           











LAMPIRAN

SURAT KETERANGAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan d bawah ini saya,
nama                                        :
umur                                        :
pekerjaan                                 :
alamat                                      :
pekerjaan dalam penelitian      :
menerangkan bahwa,
Nama                                      : Megawati
NIS                                         : 8904             
Program/jurusan                      : IPA
Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Belitang
dan
Nama                                       : Meilani
NIS                                         : 8906
Program/urusan                       : IPA
Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Belitang
telah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi guna memperoleh data tentang Tradisi Adat Kabayan Cakak Suku Komering Betung di Desa Rantau Jaya Kabupaten  OKU Timur Sumatera Selatan.
Penulisan surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

                                                                                    Belitang,            November 2013
                                                                                    Yang bertanda tangan,


                                                                     (………………..)                  


 




    
    
    

   Gambar 1.1 Peta Wilayah OKU Timur

Gambar 2.1 Peta Kabupaten OKU Timur









            
Gambar 2.2 Peta Wilayah Kecamatan Semendawai Barat